
Rudal Korea Utara
Rudal Korea Utara, Newspulsetoday.com – Korea Utara kembali menarik perhatian dunia internasional. Dalam parade militer megah di ibu kota Pyongyang, pemimpin tertinggi Kim Jong Un memamerkan rudal balistik terbaru yang diklaim sebagai senjata paling mematikan yang pernah dikembangkan negara tersebut.
Langkah ini tak hanya menunjukkan kemajuan teknologi militer Korut, tetapi juga menjadi pesan politik kuat kepada Amerika Serikat, Korea Selatan, dan sekutunya di Asia Timur.
Dengan sorotan lampu panggung, derap langkah pasukan elit, dan barisan kendaraan tempur raksasa, parade itu menjadi simbol supremasi dan tantangan terhadap tatanan global.
“Rudal ini adalah kebanggaan rakyat kami, simbol kekuatan tak tertandingi dari Republik Rakyat Demokratik Korea,” ujar Kim Jong Un dalam pidatonya yang disiarkan televisi nasional.
Parade Militer Megah di Pyongyang NERAKATOTO

Parade digelar di Kim Il Sung Square, lokasi bersejarah yang sering menjadi ajang demonstrasi kekuatan militer Korea Utara.
Acara berlangsung selama hampir dua jam, disaksikan langsung oleh Kim Jong Un, pejabat tinggi militer, dan ribuan warga yang berbaris mengenakan pakaian seragam nasional.
Acara ini menampilkan:
- Ratusan unit pasukan elite “Storm Corps”,
- Barisan tank amfibi dan artileri berat,
- Serta iring-iringan rudal balistik antar benua (ICBM) yang didorong oleh truk peluncur raksasa.
Puncak parade terjadi ketika rudal terbaru, yang disebut “Hwasong-18”, melintas di hadapan tribun utama.
“Hwasong-18 adalah simbol kematangan teknologi strategis Korut,” kata analis militer dari Seoul, Park Won-sik.
“Pesan utamanya jelas: Pyongyang ingin diakui sebagai kekuatan nuklir sejati.”
Rudal Korea Utara : Hwasong-18 Senjata Paling Ganas Korut

Rudal Hwasong-18 merupakan rudal balistik antar benua (ICBM) berbahan bakar padat, hasil pengembangan terbaru dari program nuklir Korut.
Keunggulan bahan bakar padat memungkinkan peluncuran cepat dan mobilitas tinggi — faktor penting dalam strategi pertahanan modern.
🔍 Spesifikasi Teknis (perkiraan intelijen AS & Korsel):
- Jangkauan maksimum: 15.000 km
- Sistem bahan bakar: Padat (solid-fuel)
- Kapasitas hulu ledak: 1–2 hulu ledak nuklir miniatur
- Waktu peluncuran: < 10 menit
- Sistem navigasi: Inersial + GPS domestik
Dengan spesifikasi tersebut, Hwasong-18 dikategorikan sebagai rudal interkontinental berkemampuan serangan pertama (first-strike capable).
Artinya, rudal ini dapat diluncurkan secara cepat sebelum musuh sempat mendeteksinya.
“Kemajuan ini mengubah peta strategi keamanan Asia Timur,” ujar Joseph Dempsey, peneliti pertahanan di IISS London.
Pesan Politik di Balik Parade
Parade militer ini bukan hanya unjuk teknologi, tetapi juga alat komunikasi politik.
Setiap kali Korea Utara mengadakan parade besar, biasanya ada pesan tertentu yang ingin disampaikan kepada dunia luar.
Dalam konteks kali ini, analis menilai ada tiga pesan utama:
- Kekuatan dan Kemandirian Teknologi.
Korea Utara ingin menegaskan bahwa mereka mampu mengembangkan senjata canggih tanpa bantuan asing, meskipun berada di bawah sanksi ekonomi ketat. - Perlawanan terhadap Tekanan AS dan Sekutu.
Parade ini digelar bersamaan dengan latihan militer gabungan antara Korea Selatan, Jepang, dan Amerika Serikat di Laut Jepang — seolah menjadi bentuk “jawaban keras” dari Pyongyang. - Konsolidasi Kekuasaan Internal.
Di tengah tantangan ekonomi dan kelaparan di beberapa daerah, parade besar berfungsi untuk menguatkan loyalitas rakyat dan membangkitkan semangat nasionalisme.
“Parade ini adalah panggung bagi Kim Jong Un untuk menunjukkan bahwa dia masih memegang kendali penuh atas militer dan negara,” kata pakar politik Asia Timur, Cheong Seong-chang.
Reaksi Dunia Internasional

Tanggapan dunia terhadap parade ini beragam, namun umumnya diwarnai kekhawatiran.
🌏 Amerika Serikat
Washington menilai tindakan Korea Utara sebagai “provokasi serius” yang berpotensi mengguncang stabilitas regional.
Gedung Putih menegaskan akan terus memperkuat sistem pertahanan sekutu di kawasan Indo-Pasifik, termasuk dengan menambah kapal selam nuklir ke wilayah tersebut.
“Kami tidak mencari konflik, tetapi kami tidak akan membiarkan ancaman terhadap sekutu kami,” ujar juru bicara Pentagon.
🇰🇷 Korea Selatan
Pemerintah Seoul menganggap parade tersebut sebagai aksi propaganda militer.
Namun, mereka juga meningkatkan kesiagaan di sepanjang perbatasan Demiliterisasi (DMZ).
🇯🇵 Jepang
Tokyo menyebut uji coba dan parade senjata Korut sebagai pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB, dan menyerukan pertemuan darurat PBB.
“Setiap kemajuan senjata nuklir Korut adalah ancaman nyata bagi keamanan global,” kata PM Jepang, Fumio Kishida.
Peran Rusia dan Cina: Dukung atau Diam?
Menariknya, perwakilan dari Rusia dan Cina juga terlihat hadir di tribun tamu undangan parade.
Hal ini menimbulkan spekulasi bahwa dua negara tersebut secara tidak langsung mendukung eksistensi Korut sebagai “penyeimbang” kekuatan Barat.
Rusia, yang kini terlibat dalam konflik di Ukraina, disebut tengah memperkuat hubungan strategis dengan Pyongyang dalam bidang teknologi pertahanan.
Sementara Cina tampak berhati-hati, menekankan stabilitas regional namun tetap mempertahankan hubungan dagang dengan Korut.
“Korea Utara adalah kartu strategis bagi Beijing dan Moskow untuk menekan Washington,” ujar analis geopolitik, Jonathan Wood.
Implikasi bagi Keamanan Asia Timur
Kemunculan rudal baru Korut seperti Hwasong-18 bisa menjadi titik balik dalam perlombaan senjata regional.
Korea Selatan kini berupaya memperkuat sistem pertahanan udara “K-3 Shield”, sementara Jepang mempertimbangkan pengembangan kemampuan serangan preventif.
Selain itu, Amerika Serikat memperluas kerja sama trilateral pertahanan yang melibatkan Jepang dan Korea Selatan untuk menghadapi ancaman dari utara.
Namun, eskalasi militer semacam ini berisiko memicu ketegangan baru yang berbahaya.
Analis PBB memperingatkan bahwa setiap langkah provokatif bisa memperbesar kemungkinan konflik tak disengaja.
“Satu kesalahan perhitungan bisa memicu krisis global,” ujar juru bicara Sekjen PBB.
Dari Politik ke Propaganda
Dalam siaran TV nasional Korea Utara, parade ini ditayangkan berulang kali dengan narasi heroik dan musik orkestra militer.
Warga yang diwawancarai menyebut Kim Jong Un sebagai “penyelamat dan pelindung bangsa.”
Media pemerintah menggambarkan rudal baru itu sebagai “pedang langit yang menjaga perdamaian.”
Namun, di balik kemegahan itu, banyak laporan yang menunjukkan kondisi ekonomi domestik Korut masih terpuruk, dengan kelangkaan pangan dan listrik di beberapa wilayah.
“Parade ini adalah ilusi kekuatan — panggung untuk menutupi penderitaan rakyat,” ujar analis hak asasi manusia, Hannah Park.
Dunia Bersiap Menghadapi Era Baru Rudal Korea Utara
Dengan kemampuan Hwasong-18 dan sistem peluncuran mobile yang lebih canggih, Korea Utara kini dianggap telah masuk ke era modernisasi senjata strategis penuh.
Hal ini menimbulkan tantangan besar bagi komunitas internasional:
Apakah sanksi ekonomi dan diplomasi masih cukup menahan laju ambisi militer Pyongyang?
Amerika Serikat dan PBB kini tengah mempertimbangkan sanksi tambahan atas peluncuran rudal berbahan bakar padat tersebut, namun sejauh ini belum ada konsensus di Dewan Keamanan karena veto dari Rusia dan Cina.
Kesimpulan
Parade militer terbaru Korea Utara bukan sekadar perayaan, melainkan pertunjukan kekuatan strategis yang sarat pesan politik.
Melalui rudal Hwasong-18, Kim Jong Un ingin menegaskan bahwa negaranya tidak bisa diabaikan dalam peta kekuatan dunia.
Namun, di sisi lain, langkah ini memperburuk ketegangan di Asia Timur dan membuka babak baru dalam perlombaan senjata antarnegara.
“Parade ini bukan sekadar unjuk senjata — ini adalah pesan keras dari Pyongyang: dunia harus memperhitungkan Korea Utara.”